Pesan Kepemimpinan dalam Komik Abdul Somad
Judul : Liqomik,
Kumpulan Hikmah Ustadz Abdul Somad
Penulis :
Beny Maulana, dkk
Penerbit :
Penerbit Salsabila, Jakarta
Cetakan :
Pertama, Agustus 2018
Dimensi :
13,5 x 20,5 cm (soft cover)
Tebal : 180
halaman
No. ISBN :
978-602-1695-50-0
“Ustadz Abdul Somad (UAS) adalah fenomena. Ketika
perpecahan umat Islam menghancurkan sendi-sendi penting dalam beragama dan
bermasyarakat, beliau hadir di tengah-tengah, mengambil peran merekatkan
bagian-bagian yang terpecah dalam Islam dan dakwah di Indonesia.”
Paragraf di atas adalah potongan sinopsis yang tertulis di kaver
belakang buku komik berjudul “LIQOMIK, Kumpulan Hikmah Ustadz Abdul Somad”.
Buku yang dikeluarkan Penerbit Salsabila, Pustaka Al-Kautsar Grup, Jakarta
tersebut adalah kumpulan komik yang mengilustrasikan penggalan-penggalan
nasihat dakwah Ustadz Abdul Somad, Lc, M.A, ulama nusantara kontemporer asal
Pekanbaru Riau yang diberi gelar Datuk Seri Ulama Setia Negara.
Komik yang ditulis bersama-sama para komikus muslim ini terdiri dari
sepuluh kisah yang semuanya terinspirasi dan disusun berdasarkan
ceramah-ceramah UAS. Sepuluh kisah tersebut adalah: Cerita Pembuka, Begins,
Segenggam Kekuasaan untuk Menolong Agama Allah, Apakah Saya Pelaku Bid’ah,
Membentuk Generasi Islami Sejak Dini, Berawal dari Masjid, Para Pemimpin dalam
Sejarah Islam, Mari Pegang Kekuasaan untuk Menolong Agama Allah, Belajar dari
Ustadz Abdul Somad, dan Cerita Penutup. Setelah itu masih ada extra page
yang berisi beberapa komik strip dan quote dari UAS dan diakhiri dengan
sekilas tentang riwayat hidup UAS.
Meskipun dikemas dalam bentuk komik, buku ini sangat padat nasihat dan
pesan-pesan kepemimpinan dari UAS. Beberapa di antaranya tercermin dalam judul
bab yang terang-terangan menulis tentang kepemimpinan. “Segenggam kekuasaan di
tangan bisa untuk menolong hamba-hamba Allah” adalah salah satu nasihat UAS
yang dikutip penulis (hlm 59). Pesan moral yang dapat diambil dari nasihat
tersebut adalah kita harus menanamkan di kepala anak-anak bahwa mereka harus
menjadi penguasa, yang dengan kekuasaan yang dimiliki dapat menolong rumah
Allah, memberikan bantuan ke masjid-masjid, sekolah Islam, yayasan Islam dan
guru-guru ngaji (hlm 60).
Pada judul “Berawal dari Masjid” penulis juga memberikan contoh
pembentukan generasi dari masjid. Jangan mengusir dan menghardik anak kecil
yang bermain dan bercanda di masjid sehingga mereka justru akan takut datang ke
masjid (hlm 98-112). Seperti halnya pesan Sultan Muhammad Al Fatih, “Jika
kalian tidak lagi mendengar riang tawa dan gelak bahagia anak-anak di masjid,
waspadalah, saat itu kalian dalam bahaya” (hlm 106). Dari masjid anak-anak
dapat belajar, salah satunya tentang kepemimpinan. Dengan analogi imam yang
bersuara merdu dan disukai jamaah, anak-anak bisa belajar dari masjid bahwa
pemimpin harus cakap dan dicintai rakyatnya (hlm 109).
Buku ini bisa dikatakan ringan untuk dibaca oleh siapapun, tapi sangat berbobot dalam kontennya. Karena dalam dakwah memang sangat diperlukan inovasi. Selain pesan-pesannya, kita juga dimanjakan dengan model sketsa karakter komik yang bervariasi. Tidak salah jika anggota Majelis Pustaka dan Informasi PP Muhammadiyah Mustofa Nahrawardaya dalam endorsementsnya mengatakan, “Kreativitas di jalan dakwah itu perlu. Liqomik telah memulainya.” Wallahu a’lam [M. Nasri Dini]
*) Tulisan ini pernah dimuat di Majalah Tabligh edisi No. 05/XVI Ramadhan 1440/Mei-Juni 2019

Tidak ada komentar