Header Ads

Header ADS

Dari SMP Muhammadiyah Wonorejo Menjadi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Muhammad Nasri Dini, M.Pd

Kepala SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo

 

Pendahuluan

Amal Usaha Pendidikan Muhammadiyah yang akan dibicarakan dalam tulisan ini awalnya bernama SMP Muhammadiyah Wonorejo. Adalah sekolah menengah pertama di wilayah Kecamatan Polokarto Kabupaten Sukoharjo yang didirikan oleh Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Blimbing Daerah Sukoharjo sejak tahun 1965. Dalam perkembangannya SMP Muh. Wonorejo mengalami pasang surut, hingga puncaknya pada tahun pelajaran 2017/2018, peserta didiknya dari kelas 7, 8 dan 9 hanya berjumlah 45 anak. Melihat hal yang dirasa kurang menggembirakan tersebut, PCM Blimbing merasa perlu melakukan sesuatu agar dapat menggerakkan kembali AUM pendidikan yang dinilai lesu tersebut. Pada tulisan sederhana ini akan dipaparkan sekilas mengenai perjalanan SMP Muh. Wonorejo hingga akhirnya berubah menjadi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo.

 

Reformasi Manajemen

Gerakan awal PCM Blimbing dimulai dari membentuk panitia pengembangan dan perintisan yang bertugas untuk mengembangkan SMP Muh. Wonorejo menjadi sekolah program khusus. PCM Blimbing menerbitkan SK tentang panitia perintisan sekolah program khusus dengan nomor: 31/KEP/IV.O/D/2017. Langkah ini diambil bersamaan dengan momen SD Muhammadiyah Imam Syuhodo yang akan meluluskan peserta didik angkatan pertamanya. PCM Blimbing berharap, hadirnya SMP Muhammadiyah dengan program khusus ini selain dapat menampung lulusan pertama dari SD Muh. Imam Syuhodo, juga dapat menjadi alternatif pilihan bagi lulusan SD/MI di lingkungan Kecamatan Polokarto dan sekitarnya.

Panitia pengembangan dan perintisan ini kemudian melakukan serangkaian kegiatan, dimulai dari menjaring dan menyeleksi kepala sekolah baru, studi banding ke sekolah Muhammadiyah unggulan, identifikasi kebutuhan sekolah, hingga penerimaan peserta didik baru dan pembagian tugas mengajar. PCM Blimbing juga memutuskan agar SMP Muh. Wonorejo disatukan di bawah manajemen Pondok Pesantren Modern Imam Syuhodo Muhammadiyah Cabang Blimbing, sehingga nama sekolah pun diubah menjadi SMP Muhammadiyah Imam Syuhodo. Legalitas nama baru SMP Muh. Imam Syuhodo tertuang dalam Surat Keputusan Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sukoharjo nomor: 420/3070/VI/2018. Pemilihan nama Imam Syuhodo memang dilatarbelakangi bahwa nama besar yang sudah dikenal luas masyarakat tersebut dapat lebih banyak menarik simpati masyarakat untuk bergabung di sekolah ‘reborn’ ini.

Dalam tulisan singkat ini akan dipaparkan hal-hal yang berkaitan dengan pengembangan dan perintisan SMP Muh. Imam Syuhodo dari awal dibentuknya manajemen baru, hingga saat ini. Harapannya, dengan adanya tulisan sederhana ini dapat menjadi menjadi inspirasi bagi sekolah Muhammadiyah lain untuk maju dan senantiasa tidak pernah berhenti mengembangkan diri. Juga bisa sebagai bahan evaluasi bagi segenap pemegang kebijakan di lingkungan Majelis Dikdasmen, PCM Blimbing dan Pondok Pesantren Imam Syuhodo, sehingga ke depan SMP Muh. Imam Syuhodo menjadi semakin maju dan berkembang sesuai yang diharapkan oleh semua pihak.

 

Seleksi Struktur Baru

Setelah dibentuk oleh PCM Blimbing, tim perintis melakukan penjaringan dan seleksi struktur baru SMP Muh. Imam Syuhodo, yaitu untuk jabatan kepala sekolah, wakil kepala sekolah dan bendahara. Dari usulan Angkatan Muda Muhammadiyah (AMM) Cabang Blimbing, ada tiga nama yang diseleksi untuk mengisi struktur baru tersebut, yaitu: Andika Rahmawan (Ketua Bidang Pendidikan dan Kader Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah (PCPM) Blimbing, mantan Kepala SD Muh. Imam Syuhodo, alumnus Ma’had Abu Bakar As Sidiq UMS Surakarta), Muhammad Fatkhul Hajri, S.Pd (Sekretaris Bidang KOKAM PCPM Blimbing, sebelumnya staf pengajar di SMA Muh. 1 Sukoharjo, alumnus Tarbiyah FAI UMS Surakarta), dan Muhammad Nasri Dini (Sekretaris PCPM Blimbing, sebelumnya staf pengajar di MTs Muh. Blimbing Pondok Pesantren Imam Syuhodo, alumnus Jurusan Tarbiyah STAIN/IAIN Surakarta).

Setelah dilakukan seleksi tertulis dan wawancara oleh Majelis Dikdasmen PCM Blimbing dengan penguji Bp. Ahmad Sigit Riswanto, S.Pd dan Bp. Heru Purwanto, S.Pd yang dilaksanakan di komplek PPM Imam Syuhodo, didapatkan struktur inti SMP Muh. Imam Syuhodo sebagai berikut: M. Nasri Dini sebagai kepala sekolah, M. Fatkhul Hajri, S.Pd sebagai wakil kepala sekolah, dan Andika Rahmawan sebagai bendahara. Selanjutnya Kepala SMP Muh. Imam Syuhodo dilantik oleh Majelis Dikdasmen Pimpinan Daerah Sukoharjo (PDM) Sukoharjo pada tanggal 1 November 2018 di komplek SMP Muh. Imam Syuhodo dan mulai bertugas setelah dilantik.

 

PTK fulltimer

Berkaitan dengan sumber daya manusia (SDM), manajemen baru SMP Muh. Imam Syuhodo menemukan kondisi riil di lapangan, banyak ditemukan adanya personalia yang justru tidak mampu mengikuti perkembangan. Hal tersebut disebabkan di antaranya faktor pengelolaan. Problem kelembagaan dan manajemen di atas dapat berasal dari pengelola dan personalia. Hal tersebut setidaknya dapat dilihat dari banyaknya personalia yang tidak hanya bekerja di SMP Muh. Imam Syuhodo saja, tetapi dalam waktu yang bersamaan juga bekerja di sekolah-sekolah atau lembaga/instansi yang lain. Bahkan bisa jadi waktu bekerjanya di SMP Muh. Imam Syuhodo tidak lebih banyak dari bekerjanya di sekolah-sekolah atau lembaga lain. Sehingga orientasi kerjanya di SMP Muh. Imam Syuhodo hanya sebatas sampingan saja dan tingkat kinerjanya pun rendah.

Realitas tersebut sangat bertentangan dengan kebutuhan lembaga pendidikan yang memerlukan personalia-personalia yang memiliki kualifikasi, kompetensi, dan kinerja yang jelas dan maksimal untuk peningkatan mutu pendidikan. Apalagi sekolah Muhammadiyah dituntut tidak hanya meningkatkan mutu pendidikan di bidang akademik semata, tetapi juga yang jauh lebih penting yaitu mutu pendidikan di bidang pengembangan dan penguatan karakter peserta didik.

Kondisi personalia SMP Muh. Imam Syuhodo yang sedemikian kompleks, memberikan tantangan kepada manajemen baru untuk melakukan pemetaan ulang dalam penempatan dan pemberhentian personalianya dalam rangka memenuhi kebutuhan SDM untuk menjalankan roda organisasi sekolah dan proses pendidikan yang lebih maksimal di dalamnya.

Sekolah ini awalnya hanya disinggahi oleh guru-guru dari sekolah lain yang membutuhkan tambahan mengajar untuk memenuhi sertifikasi atau yang semacamnya. Tapi sejak manajemen baru, dibuatlah kebijakan bahwa yang boleh mengajar di SMP Muh. Imam Syuhodo hanyalah orang-orang yang mau fulltime berada di sekolah ini saja, tanpa menduakan dengan sekolah yang lain. Maka hampir semua guru pun terpaksa harus resign, hingga saat ini hanya ada 1 guru lama yang masih mengajar, sedangkan yang lain semuanya adalah guru-guru baru. Saat ini terdapat 10 guru di sekolah ini dan semuanya fulltime dan fullday di sini.

Tidak hanya memaksa guru untuk fullday dan fulltime, kalau sebelumnya honor guru di sekolah ini yang jumlahnya juga hanya sedikit sering dibayar telat, bahkan dirapel beberapa bulan. Sekolah juga berusaha mendisiplinkan penggajian yang tepat waktu setiap bulan, jumlahnya pun juga jauh lebih banyak dari yang diberikan sebelumnya, meskipun secara nominal masih jauh dari kata layak. Tidak hanya gaji pokok saja, untuk mensejahterakan guru, sekolah juga menerapkan beberapa tunjangan, di antaranya tunjangan pengabdian, tunjangan/tabungan pensiun, tunjangan BPJS, dll.

Selain itu, untuk mengembangkan kapasitas intelektual pendidik, sekolah juga membuat kebijakan beasiswa studi lanjut untuk guru. Karena guru sudah berpendidikan S1, maka sekolah memberikan beasiswa penuh S2 dengan perjanjian kontrak yang ketat. Saat ini sekolah baru mampu memberikan beasiswa untuk satu guru setiap periodenya, jika satu guru tersebut sudah lulus, maka akan dilanjutan guru yang lain sesuai dengan lama pengabdian, begitu seterusnya.

 

Reformasi Sistem dan Kurikulum

Dalam dunia pendidikan, kurikulum bisa diartikan secara sempit maupun secara luas. Secara sempit kurikulum diartikan hanya sebagai sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau diselesaikan peserta didik di sekolah. Secara lebih luas kurikulum diartikan tidak terbatas pada mata pelajaran saja, tetapi kurikulum merupakan aktivitas apa saja yang dilakukan di sekolah dalam rangka mempengaruhi peserta didik dalam belajar untuk mencapai suatu tujuan. Termasuk di dalamnya kegiatan belajar mengajar, mengatur strategi dalam proses belajar, cara mengevaluasi program pengembangan pengajaran.

Untuk mengetahui gambaran program sekolah unggulan, dalam hal ini yang menggunakan sistem fullday, SMP Muh. Imam Syuhodo bersama Majelis Dikdasmen PCM Blimbing telah melakukan studi banding ke beberapa sekolah unggulan di wilayah Solo Raya. Sekolah yang dikunjungi adalah SMP Muh. PK Kottabarat Surakarta dan SMP Muh. PK Al Kautsar Kartasura Sukoharjo. Selain itu sekolah juga belajar kepada SMP Muh. Ahmad Dahlan Boarding School Nguter Sukoharjo.

Sekolah ini saat pertama kali penulis datang sangat-sangat tidak tampak kedisiplinan dan juga sistem yang dibangun di dalamnya. Saat awal-awal penulis bertugas, pada jam 7 tidak ada bel tanda masuk sekolah, karena memang belum ada guru yang datang. Begitu pula dengan bel pulang, tidak dibunyikan karena sebelum waktunya pulang (yang sebetulnya juga hanya sampai jam 1 siang) guru-guru sudah memulangkan peserta didik. Tapi setelah manajemen baru belajar ke beberapa sekolah yang disebutkan di atas, mulai sekolah mulai menata diri pelan-pelan. Dan sampai saat ini alhamdulillah sudah terbentuk budaya disiplin, bel masuk jam 06.55 WIB dan bel pulang jam 15.30 WIB, lengkap dengan budaya S3 (senyum, sapa, salam) baik pagi saat datang maupun sore saat peserta didik pulang. Untuk menjaga kedisiplinan guru juga wajib melakukan presensi melalui fingerspot.

Untuk kurikulum, awalnya hanya kurikulum nasional dan Al Islam dan Kemuhammadiyahan (AIK) saja, itu pun dalam pelaksanaannya juga seadanya, karena hampir semua guru yang mengajar juga adalah ‘guru terbang’. Tapi dengan reformasi kurikulum, manajemen baru menguatkan kurikulum AIK yang telah berjalan menjadi ISMUBA (Al Islam, Kemuhammadiyahan dan Bahasa Arab), juga menambah dengan kurikulum kepesantrenan termasuk di dalamnya tahfizh Al-Qur’an. Saat ini bahkan sekolah sudah mengembangkan diri dengan melangkah mendirikan pesantren khusus tahfizh (boarding) yang pengelolaannya terpisah penuh dengan pesantren induk (PPM Imam Syuhodo). Santri program tahfizh boarding angkatan pertama ini berjumlan 7 anak.

Sebagai penunjang kegiatan pembelajaran, SMP Muh. Imam Syuhodo juga mengadakan beberapa kegiatan ekstrakurikuler. Ekstrakurikuler wajib terdiri dari Hizbul Wathan dan Tapak Suci, dan ekstrakurikuler pilihan di antaranya ada futsal, badminton, panahan, english club, funny cooking, dll. Selain kegiatan ekstrakurikuler rutin pekanan, sekolah juga rutin mengadakan outing class dua bulan sekali sebagai sarana pembelajaran di luar kelas bagi para peserta didik. Sekolah juga menghidupkan organisasi Ikatan Pelajar Muhammadiyah (IPM) Ranting SMP Muh. Imam Syuhodo.

Dari reformasi kurikulum ini didapatkan peserta didik lebih senang dalam bejalar, karena mendapati banyak variasi dan model pembelajaran. Termasuk dari segi tahfizh, peserta didik sekolah ini ditargetkah hafal 1 juz setiap tahun, artinya jika lulus maka sudah hafal 3 juz dari Al-Qur’an. Meskipun diakui bahwa ketercapaian program ini belum seratus persen, tetapi setidaknya ada semangat Al-Qur’an pada segenap guru dan peserta didik. Ada di antara mereka yang juga dapat melebihi target hafalan hingga 6 juz.

 

Reformasi Keuangan

Unsur keuangan di sekolah merupakan komponen penting yang menjadi salah satu penentu berlangsungnya proses belajar mengajar bersama dengan komponen yang lain. Dengan kata lain, semua bentuk kegiatan yang dilaksanakan sekolah pasti memerlukan biaya. Sekolah ini sebelum dikelola dengan manajemen baru tidak memberlakukan biaya kecuali hanya SPP bulanan, itupun nominalnya juga hanya kecil. Seragam diberikan sekolah kepada peserta didik secara cuma-cuma. Meskipun dengan nominal yang sangat kecil, tidak menjadikan peserta didik rutin membayar. Sampai hari ini sudah banyak dari lulusan program lama yang ijazahnya belum diambil karena memang biaya SPP belum dibayar, bahkan ada yang sejak kelas 7 sampai lulus belum membayar sama sekali. Pemasukan yang lain hanya dari BOS pemerintah. Hal ini yang menjadikan terkendalanya sekolah jika akan melaksanakan kegiatan, termasuk dalam hal penggajian guru karyawan.

Maka salah satu tugas manajemen baru adalah reformasi sistem keuangan. Jika sekolah sebelumnya dikenal dengan sekolah murahan, maka manajemen baru menetapkan biaya yang lebih tinggi. Tidak hanya di awal masuk saat mereka mendaftar saja, sekolah juga memberlakukan daftar ulang setiap kenaikan kelas. Alhamdulillah, meskipun sekolah ini menerapkan biaya yang relatif tinggi untuk sekolah di pedesaan, tetapi antusiasme orang tua mendaftarkan anaknya di sekolah ini juga lebih tinggi. Tidak hanya dari kalangan menengah ke bawah saja, tetapi juga dari kalangan berada. Dengan begitu keuangan pun lebih lancar dan otomatis juga bisa lebih mendukung terlaksananya berbagai macam kegiatan sekolah yang membutuhkan biaya. Saat ini jumlah total peserta didik di SMP Muh. Imam Syuhodo dari kelas 7, 8 dan 9 adalah 79 anak dan semuanya membayar.

 

Reformasi Sarpras

Sebuah sekolah tidak bisa lepas dari sarana dan prasarana yang merupakan alat/bahan pendukung dalam keberlangsungan kegiatan belajar dan mengajar di sekolah. Sarpras mempunyai peran yang amat penting tidak hanya di sekolah, tapi juga di lembaga-lembaga atau instansi lainnya. Membahas tentang sarpras pasti kita sudah terbiasa melihat berbagai macam benda berupa alat atau bahan lainnya yang ada di sekolah, mulai dari perlengkapan pembelajaran, termasuk gedung yang merupakan ruang tempat berlangsungnya proses pembelajaran. Adanya semua hal tersebut tidak lain untuk mendukung keberlangsungan proses pembelajaran di sekolah agar dapat berjalan dengan optimal.

Agar dapat menjelma sebagai sekolah yang benar-benar nyaman, seolah berada di dalam surga, maka perlu juga untuk menata sarana dan prasarana. Untuk mendukung kegiatan pembelajaran SMP Muh. Imam Syuhodo melengkapi beberapa sarpras yang sebelumnya tidak ada, di antaranya adalah pembenahan ruang kelas, melengkapinya dengan LED TV, termasuk juga melengkapi sekolah dengan wifi. Hal ini agar dapat menunjang kenyamanan peserta didik dalam pembelajaran, juga membantu memudahkan guru untuk memilih media pembelajaran.

 

Budaya Sekolah

Proses pembiasaan merupakan awal dari pembentukan karakter. Proses pembiasaan inilah yang kemudian dikenal dengan budaya atau pembudayaan. Maka dalam rangka melakukan pembentukan karakter yang hendak dibangun di lingkungan sekolah perlu dibiasakan pula budaya atau pembudayaan hal-hal yang positif. Budaya sekolah kemudian dapat diterjemahkan sebagai tradisi yang ada di sekolah dan tumbuh berkembang sesuai dengan nilai-nilai dan semangat yang dianut oleh masing-masing sekolah. Maknanya dalam budaya sekolah ini terdapat kebiasaan-kebiasaan atau pembiasaan-pembiasaan yang disepakati bersama oleh warga sekolah untuk dilaksanakan dalam kurun masa yang berkelanjutan. Apabila kebiasaan positif ini sudah menjadi sebuah budaya, maka nilai-nilai karakter positif yang diharapkan pun otomatis akan terbentuk dengan sendirinya.

Ada beberapa budaya sekolah yang dikembangkan di SMP Muh. Imam Syuhodo. Di antaranya:

Pertama, Semangat Pagi dan Menutup Pembelajaran dengan Al-Quran

Kegiatan ini bertujuan membentuk kebiasaan harian yang bersifat rutin. Bentuk kegiatan ini yaitu sekolah menerapkan jam pertama dan jam terakhir sekolah untuk kegiatan tilawah Al-Quran. Selain diikuti oleh semua peserta didik, semua guru pun juga wajib mengikutinya.  Semangat pagi dilanjutkan dengan shalat dhuha, khusus hari jumat, sekolah juga membudayakan adanya infak jumat untuk melatih kepedulian sosial peserta didik. Sedangkan di sore hari, diakhiri dengan shalat asar dan latihan pidato setelah tilawah selesai. Sebenarnya dari segi bentuk tidak terlalu berat, hanya saja tetap dibutuhkan keistiqamahan. Hal tersebut bisa saja dianggap sepele karena bersifat rutinitas. Karenanya, guru selaku penangung jawab kegiatan ini memegang peranan penting dalam menjaga keberlangsungan program ini.

Kedua, Menetapkan Tata Tertib Sekolah

Tata tertib adalah rambu-rambu antara yang boleh dan tidak boleh, antara yang baik dan tidak baik. Tidak mungkin sebuah organisasi, termasuk sekolah berjalan tanpa adanya tata tertib. Sekolah perlu membuat aturan main yang disepakati dan selanjutnya dijalankan bersama-sama. Dengan begitu, kondusivitas sekolah akan dapat terjaga karena program sekolah berjalan sesuai dengan aturan main. SMP Muh. Imam Syuhodo tidak saja berusaha agar tercipta kedisiplinan peseta didik saja, tetapi juga guru. Maka di sekolah ini selain tata tertib peserta didik, ada pula peraturan kepegawaian yang mengacu pada Ketentuan Majelis Dikdasmen PP Muhammadiyah Nomor 100/KTN/I.$/F/2017 tentang Kepegawaian pada Sekolah, Madrasah dan Pesantren Muhammadiyah.

Ketiga, Pelayanan Prima untuk Semua

Pelayanan merupakan usaha untuk mememenuhi kebutuhan orang lain. Pada dasarnya pelayanan adalah kegiatan yang ditawarkan kepada pelanggan atau konsumen yang dilayani, yang sifatnya bisa saja tidak dapat dimiliki atau tidak berwujud. Pelayanan prima adalah makna dari istilah “excellent services” yang secara bahasa berarti pelayanan terbaik. Seperti di sekolah, dalam segala aktivitas sekolah, guru dan karyawan selayaknya memberikan pelayanan terbaiknya untuk peserta didik dan orang tua/wali. Hal ini disebut pelayanan prima sekolah. Sekolah ini sering datang ke rumah peserta didik, tidak hanya jika ada peserta didik yang bermasalah, tetapi juga jika ada dari mereka yang sakit, atau orang tuanya yang sakit, maka sekolah juga hadir di dalamnya. Dalam rangka menjaga komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua, sekolah juga punya kegiatan pertemuan dengan orang tua secara rutin. Selain tentu saja adanya grup WA dengan orang tua/wali.

 

Penutup

Demikian sekilas perjalanan SMP Muh. Imam Syuhodo yang awalnya bernama SMP Muh. Wonorejo. Kesimpulan dari apa yang dipaparkan di atas adalah bahwa sekolah harus senantiasa berbenah jika tidak ingin ditinggalkan oleh konsumen. Pembenahan tidak hanya dilakukan setengah-setengah, tetapi tekadang harus dilakukan total sampai ke akar-akarnya. Namun demikian, hal ini juga belum selesai, seperti halnya SMP Muh. Imam Syuhodo, hingga saat ini masih harus belajar dan terus saja belajar dari sekolah-sekolah Muhammadiyah lain yang lebih dahulu maju. Karenanya manajemen sekolah hingga saat ini tidak pernah berhenti untuk membangun jaringan dan kolaborasi. Salah satu jaringan yang dapat menjadi inspirasi dalam pengembangan sekolah Muhammadiyah adalah di Forum Komunikasi Kepala Sekolah Madrasah (FKKSM) Muhammadiyah Jawa Tengah.

Tidak ada komentar

Gambar tema oleh duncan1890. Diberdayakan oleh Blogger.