Membaca Palestina di Tengah Genosida
Bab pertama buku setebal xvii + 372 halaman membuka dengan pertanyaan mendasar: “Ada apa dengan Palestina?”, mengajak pembaca memahami istilah-istilah kunci seperti genocide, apartheid, dan settler colonialism. Bab kedua membahas takdir geografis Palestina yang membuatnya menjadi pusat perebutan berbagai kekuatan dunia. Bab ketiga mengulas kondisi Palestina sebelum Nakba 1947–1949, sebuah fase penting yang sering dihapus dari narasi sejarah kolonial modern. Bab keempat menyajikan penelusuran historis dan ideologis Zionisme serta bagaimana proyek kolonial tersebut mewujud menjadi penjajahan yang berlangsung hingga hari ini. Bab kelima memetakan beragam gerakan pembebasan Palestina beserta dinamika internalnya. Lalu buku ditutup dengan bab keenam yang berisi daftar aksi kemanusiaan, panduan praktis tentang apa saja yang bisa dilakukan pembaca untuk berkontribusi membela Palestina.
Sebagai karya yang lahir di tengah tragedi kemanusiaan mengerikan yang masih terus berlangsung, buku ini memiliki sejumlah kelebihan. Ia mampu menjelaskan duduk perkara kolonialisme Israel di tanah Palestina secara lengkap dan komprehensif pada saat informasi yang simpang siur bertebaran. Setiap bab dilengkapi highlight dan timeline yang membantu pembaca merangkum inti pembahasan secara cepat dan punya gambaran yang lebih jelas. Struktur buku yang fleksibel memungkinkan pembaca membaca berurutan atau langsung memilih bab tertentu tanpa kehilangan konteks. Gaya bahasa yang mengalir, kadang menggunakan ungkapan-ungkapan nonformal seperti “nggak”, “gimana”, “ngaruh”, atau “ngobrolin”, membuat buku ini terasa akrab bagi pembaca muda, terutama Gen Z. Ditambah lagi, karena penulisnya adalah akademisi yang menyelesaikan M.A dan Ph.D di bidang International Studies di Ritsumeikan University, Jepang, maka di dalam buku ini terdapat ratusan referensi klasik hingga modern, baik ilmiah, populer, maupun berita, semakin mengokohkan otoritas akademik buku ini.
Meski demikian, buku ini tetap memiliki kekurangan.
Beberapa dokumen gambar yang disajikan dalam format hitam-putih tampak kurang
jelas sehingga pembaca perlu usaha ekstra untuk menangkap detail visualnya.
Selain itu, beberapa kutipan dalam bahasa Inggris tidak diterjemahkan, yang
mungkin menyulitkan sebagian pembaca yang tidak terbiasa dengan kata-kata atau kalimat bahkan paragraf berbahasa asing.
Secara keseluruhan, buku ini merupakan bacaan yang layak dan relevan bagi semua kalangan, baik masyarakat umum yang ingin memahami persoalan Palestina secara jernih, maupun akademisi yang membutuhkan pijakan literatur yang kuat. Dengan gaya yang bersahabat tetapi tetap didukung argumen ilmiah yang berbobot, buku ini hadir sebagai rujukan penting pada masa ketika suara kebenaran dan kemanusiaan sangat dibutuhkan.

Tidak ada komentar