Kurikulum Ayah Shalih
Sebagai orang tua, khususnya para ayah, kita sering
kali terjebak dalam rutinitas dan kesibukan hingga lupa bahwa masa-masa
membersamai anak sebenarnya teramat singkat. Tahu-tahu tanpa kita sadari mereka sudah tumbuh
dewasa. Kemudian pertanyaannya: apakah kita telah hadir sepenuhnya untuk mereka?
Buku “Ayah Shalih Penuh Kasih” hadir sebagai pengingat lembut sekaligus
panduan reflektif bagi para ayah agar tidak melewatkan kesempatan emas yang sangat berharga itu.
Buku karya Ustadz Solikhin Abu Izzuddin, seorang guru
motivasi dan penulis buku-buku best seller, ini diterbitkan oleh Zero to Hero
Training Center, cetakan pertama 1445 H / 2024 dengan tebal 310 halaman. Meski
ditulis dalam bentuk catatan hati, catatan cinta, catatan jiwa, dan catatan
rindu seorang ayah untuk membangun kedekatan dengan buah hatinya, buku ini layak disebut sebagai kurikulum
atau panduan parenting bagi ayah untuk menuju keshalihan.
Bagian awal buku ini mengajak para ayah untuk merenung:
apa sebenarnya yang kita cari? Peran ayah sejatinya sangat singkat, karena masa kecil
anak berlalu begitu cepat. Apakah kita rela melewatkannya begitu saja? Bagian
selanjutnya membahas jalan keshalihan, proses belajar menjadi ayah shalih,
hingga bagaimana menjadi ayah yang dirindukan. Penulis juga mengulas kiat sehat
ala Rasulullah, di antaranya untuk mengingatkan pentingnya membangun kedekatan denagn berolahraga bersama anak.
Selanjutnya ada pula menjaga keimanan dan spiritualitas seorang ayah, menata
keshalihan dengan amal, keberanian ayah yang meminta maaf kepada anaknya, serta masih banyak catatan reflektif
lainnya yang intinya mengajak para ayah untuk terus memperbaiki diri dan
memperkuat hubungan baiknya dengan Allah, pasangan, dan anak-anak.
Dari sisi kelebihan, buku ini ditulis oleh seorang
praktisi “ayah”. Ustadz Solikhin Abu Izzuddin menuliskan pengalaman berharganya sebagai ayah
dari enam orang anak, sehingga setiap catatan terasa sangat relevan dan membumi. Buku
ini memadukan pengalaman pribadi dengan dalil Al-Qur’an dan hadis, perkataan
ulama, kisah salafus shalih, serta cerita-cerita tentang para ayah secara umum yang
dekat dengan kehidupan sehari-hari. Dalam bukunya ini penulis sama sekali tidak
menghadirkan kesan menggurui para pembaca, yang tampak justru ajakan untuk merenungi diri
bersama-sama. Buku ini semakin menarik karena juga dilengkapi beberapa foto ilustrasi sesuai tema
bahasan, serta penebalan kata atau kalimat tertentu untuk memberikan penekanan dan mendapatkan perhatian lebih dari pembaca.
Namun demikian, beberapa kekurangan cukup terasa.
Penyajiannya kurang sistematis dan cenderung acak, sehingga pembaca perlu
menyesuaikan alur sendiri. Selain itu, karena diterbitkan secara mandiri tanpa melibatkan
editor profesional, terdapat cukup banyak kesalahan ketik serta
ketidakkonsistenan penulisan, baik dalam penulisan ayat maupun hadis. Misalnya
variasi penulisan Al-Qur’an, ditulis dengan: (q.s. An-Nisa’:
9), kadang (QS. An Nisa’: 9), kadang (An Nisa: 9). Begitu pula dengan hadis, seringnya ditulis dengan: (h.r. Ibnu
Hibban), kadang (HR. Ibnu Hibban), kadang (Ibnu Hibban). Tanda petik (“…”) pada teks terjemahan ayat dan hadis juga
tidak konsisten, kadang pakai tanda petik, kadang tidak. Ada pula bagian yang tampak seperti terpotong, misalnya pada halaman
141 ketika penulis hendak mengulas kisah Po dalam Kungfu Panda, namun
pengulasannya tidak muncul dan langsung beralih pada bagian “hikmah kisah”.
Meski demikian, sebagai penulis yang sudah berpengalaman menghasilkan banyak buku best seller, gaya penyampaian Ustadz Solikhin tetap terasa renyah, hangat, dan mudah dicerna. Karena itu, buku “Ayah Shalih Penuh Kasih” sangat layak dibaca oleh para ayah muda, ayah senior yang sudah berpengalaman, serta para calon ayah yang ingin mempersiapkan diri menjadi sosok yang lebih hadir, penuh kasih, dan penuh keshalihan.

Tidak ada komentar