Membaca Suriah dan Al-Jaulani dari A-Z
Kekuasaan bukanlah sesuatu yang abadi. Keluarga Assad telah menjadi diktator Suriah selama lebih dari 50 tahun. Hafez al-Assad dari 1971–2000 dan Bashar al-Assad melanjutkan kekuasaan ayahnya sampai akhir tahun 2024. Namun akhirnya, kekuasaan yang awalnya seolah tak tersentuh itu akhirnya tumbang juga oleh para mujahidin. Buku yang dibahas dalam tulisan ini menceritakan perjalanan tersebut secara lengkap dari A sampai Z. Berjudul “Abu Muhammad Al-Jaulani: The Conqueror of Damascus, From Al-Qaeda to President of Syria”, buku ini ditulis oleh Masud Izzul Mujahid, Lc dan Ahmad Roid. Masud adalah da’i sekaligus penulis, aktivis kemanusiaan dan pengamat dunia Islam. Sedangkan Ahmad adalah penulis muda (usianya belum genap 30 tahun) yang memiliki ketertarikan pada perkembangan dunia Islam. Keduanya merupakan bagian dari Majalah An-Najah. Diterbitkan oleh Andalus Publishing, Sukoharjo, cetakan pertama buku ini terbit pada Agustus 2025 dengan dimensi 23 x 15 cm.
Konten buku setebal 496 halaman ini terbagi dalam 14
bab. Bab pertama mengulas perjalanan Syam dari pusat peradaban hingga masuk ke
dalam jerat penjajahan. Bab kedua membahas kelahiran Abu Muhammad al-Jaulani yang
kelak dikenal sebagai “penakluk Damaskus”. Bab ketiga menggambarkan dunia yang
sedang bergejolak pada awal abad ini: kematian Hafez al-Assad, peralihan
kekuasaan ke tangan anaknya, Bashar al-Assad, yang memunculkan harapan
sekaligus kediktatoran baru, termasuk meletusnya Intifada Kedua di Palestina,
hingga serangan 9/11 di Amerika.
Bab keempat menjelaskan awal perjalanan jihad
al-Jaulani muda, disusul Bab kelima tentang pecahnya revolusi Suriah. Bab
keenam menelusuri lahirnya berbagai faksi oposisi di Suriah, seperti: Jabhah
Nushrah, Ahrar al-Sham, Jaysh al-Islam, Faylaq al-Rahman, Jaisyul Mujahidin,
dan Jabhah Islamiyah, yang membuat rezim Assad terdesak dan berada di ambang
kehancuran karena tak mampu menghadapi para mujahidin.
Bab ketujuh mengulas fitnah munculnya ISIS di Suriah:
peringatan al-Qaeda kepada ISIS, pertumpahan darah para mujahidin melawan ISIS, hingga
deklarasi “khilafah” palsu oleh ISIS. Bab kedelapan menjelaskan transformasi
Jabhah Nushrah ke HTS, diawali pembentukan aliansi Jaisyul Fath, pembubaran JN
dan lahirnya Jabhah Fathu Syam, hingga terbentuknya aliansi HTS (Hay’at Tahrir
Al-Sham).
Bab kesembilan membahas berdirinya Pemerintahan
Keselamatan Suriah (Syrian Salvation Government/SSG) dan transformasi
al-Jaulani menuju figur yang lebih moderat. Bab-bab berikutnya menelusuri
jatuhnya rezim Asad, kondisi setelah penaklukan Damaskus, proses transisi
pembentukan pemerintahan baru, tantangan serta capaian pemerintahan tersebut,
hingga bab empat belas yang menganalisis arah masa depan Suriah, yang diakhiri
dengan pembahasan tentang kemenangan diplomatik Ahmad al-Shara atas hegemoni
Amerika.
Keunggulan buku ini antara lain
diklaim sebagai karya pertama dalam Bahasa Indonesia yang
membahas Abu Muhammad al-Jaulani atau Ahmad al-Shara secara lengkap. Penulis (Masud Izzul Mujahid) adalah aktivis yang pernah terjun langsung ke Suriah pada awal revolusi; karena
itu, pembaca seakan mendengar kisah langsung dari lapangan. Buku ini tidak
hanya membahas tokoh al-Jaulani, tetapi menyajikan sejarah Suriah dari masa
klasik hingga modern, dilengkapi foto-foto pendukung. Beberapa kalimat
ditebalkan untuk penegasan, dan terdapat 338 referensi berbahasa Arab maupun
Inggris, terdiri dari artikel, podcast, jurnal, wawancara, hingga kesaksian
langsung orang-orang dekat al-Jaulani.
Kekurangannya, terdapat cukup banyak typo serta beberapa
paragraf yang tidak rapi dalam penataan margin. Hal ini mungkin disebabkan
pengerjaan buku yang sangat cepat. Rezim Assad jatuh pada 8 Desember 2024, dan buku
ini sudah terbit pada Agustus 2025. Selain itu, meski penulis berupaya
menyajikan pembahasan yang jernih, tetap saja terdapat unsur subjektivitas karena
afiliasi pemikiran penulis yang dekat dengan kelompok jihadis. Hal ini tentu
berpengaruh pada cara mereka memosisikan al-Jaulani.
Meski demikian, secara umum buku ini merupakan salah satu referensi terpenting untuk memahami kondisi Suriah saat ini. Sayang rasanya bila melewatkan kesempatan untuk memiliki dan membaca buku ini lembar demi lembar.

Tidak ada komentar